MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL-EKOLOGIS: MENGURAI KOMPLEKSITAS BENCANA INDUSTRI, LUMPUR LAPINDO DAN KASUS-KASUS LAINNYA
Bencana adalah sesuatu yang kompleks, bencana indutrial lebih kompleks lagi.
Kasus lumpur Lapindo adalah salah satu bencaana yang paling kontroversial di pasca Orde Baru. Kasus ini, mengutip Phillip Drake (2017), adalah sebuah fenomena socio-nature karena keterkaitan rumit antara alam dan manusia.
Akan tetapi, kita juga dapat mendekatinya sebagai sebuah fenomena socio-technical (bdk. Sulfikar Amir, 2018) karena keterlibatan teknologi. Teknologi, yang diciptakan dan dioperasikan oleh manusia, adalah kunci bagi lahirnya sebuah fenomena alam yang luar biasa berbahaya, sebuah gunung lumpur (mud-volcano) terbesar di dunia, untuk menyembur, meluap, menenggelamkan belasan desa padat huni di Porong, Jawa Timur, dan mengusir-paksa seluruh penghuninya.
Lumpur Lapindo adalah, dengan demikian, sebuah fenomena socio-technical-nature dan pemahaman terhadap konsep inilah merupakan bekal penting untuk mengurai kompleksitas bencana industrial yang terjadi.
Depo Eutenika “Mewujudkan Keadilan Sosial dan Ekologis: Mengurai Kompleksitas Bencana Industri Lumpur Lapindo dan Kasus-kasus Lainnya” ditujukan untuk membuka ruang diskusi tentang pelbagai strategi menghadapi krisis multidimensi yang diakibatkan oleh bencana industrial.
Kegiatan ini akan mengundang peneliti untuk berkontribusi dalam serangkaian lokakarya tentang keadilan sosial-ekologis dalam kejadian bencana industrial yang terjadi di pelbagai wilayah di Indonesia dengan kasus lumpur Lapindo sebagai cermin utama untuk melihat bagaimana kasus-kasus lain berjalan paralel atau bertolak belakang dengannya.
Rangkaian kegiatan ini akan didokumentasikan, ditranskrip, dan dikompilasi dalam sebuah bunga rampai dan diterbitkan secara elektronik (PDF) sebagai rangkaian proses edukasi dan kampanye. Peserta akan diminta untuk berkontribusi sebuah tulisan dalam bunga rampai tersebut.
Tulisan-tulisan yang masuk juga akan diterbitkan secara bertahap di media mitra.
PENYELENGGARA
Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan peneliti di Sajogyo Institute.
Kandidat doktor di Chair of Comparative Development and Cultural Research untuk Asia Tenggara di Universitas Passau.
Meneliti kasus lumpur Lapindo sejak 2008 dan editor buku Membingkai Lapindo (MediaLink & Kanisius, 2013).
Mengajar mata kuliah "Masyarakat, Budaya dan Bencana" di Prodi S1 Sosiologi, FISIP, Universitas Brawijaya.
Aktivis lingkungan dan anggota Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
Saat ini adalah koordinator Posko Keselamatan Korban Lumpur Lapindo (PoskoKKLuLa).
KURIKULUM
Pada pertemuan ini, peserta akan diajak untuk memahami elemen-elemen dasar dalam studi bencana, dengan penekanan pada peluang meleburkan dua konsep penting “socio-nature” dan “socio-technical”.
Pada pertemuan ini, peserta akan diajak untuk menelusuri kontribusi negara pada ke(tidak)adilan sosial-ekologis dari perspektif penataan ruang, tentang bagaimana pendistribusian risiko pada warga dan lingkungan.
Pada pertemuan ini, peserta akan diajak untuk mengidentifikasi dampak-dampak multidimensi dari bencana industrial pada kondisi ekologi dan sosial.
Pada pertemuan ini, peserta akan diajak untuk mengidentifikasi dan melakukan evaluasi terhadap strategi manajemen risiko yang dilakukan industri dan negara dalam menghadapi krisis yang diakibatkan oleh bencana industrial
Pada pertemuan ini, peserta akan diajak untuk menelusuri pelbagai kemungkinan dan peluang yang dapat dilakukan warga terdampak bencana industrial dalam rangka melakukan pemulihan sosial-ekologis, serta melakukan analisis dan manajemen risiko terhadap masing-masing.